Jumat, 03 Juni 2016

Tape-recorder Zaman Prasejarah

Satu dari problema-problema pelik yang besar adalah kubus Dr. Gurit yang diketemukan di sebuah tambang batu-bara abat ke 19. Benda itu kelihatannya telah berumur beberapa juta tahun dan pembuatannya dilakukan dengan mesin, namun, apakah manusia pada saat itu mempunyai pengetahuan tentang ilmu mekanika fisika dan elektronika?
Siapa yang membuatnya dan apa tujuannya dibuat “tape-recorder” itu? itulah yang menjadi misteri pada saat sekarang ini. Jacques Bergier dalam bukunya yang berjudul “Les Extra-terretres dans l’Histoire” menulis “menurut pendapat saya itu semua merupakan semacam alat pengumpul bahan semacam pita rekaman akan tetapi jauh lebih sempurna daripada yang kita miliki.” siapakah Yang telah membuat alalt-alat semacam itu? apa tujuannya?
Menurutnya benda itu tigak diciptakan oleh otak manusia. penciptanya harus mempunyai kecerdasan otak yang tinggi. Sangat dimungkinkan pembuatnya bukan berasal dari bumi, namun dari kehidupan lain di luar angkasa yang ingin mengetahui kehidupan dan penghidupan di bumi ini.
Benda yang ditemukan Dr. Gurit itu, disimpan di dalam Museum Salzburg dan kemudian hilang secara misterius. Siapakah yang telah mengambilnya? tidak ada tanda-tanda pencurian disana. Jacques Bergier berpendapat tentang hal ini dalam bukunya “Mungkin sekali benda itu telah dimiliki lagi ole pemilik aslinya yang telah menempatkannya di bumi kita ini.”

BOCAH TIGA TAHUN MEMILIKI IQ 140


Seorang anak perempuan berusia tiga tahun di Inggris diketahui memiliki IQ dengan skor 140. Sebagai perbandingan skor ilmuwan jenius dan penemu teori relativitas, Albert Einstein adalah 160. Rata-rata IQ di Inggris adalah 100.
Berkat kecerdasannya, Safron Pledger berpeluang menjadi salah satu anggota termuda Mensa. Safron sudah melakukan tes IQ dan sedang dalam proses akreditasi akhir oleh Mensa. Jika skor IQ-nya diterima, Safron akan menjadi salah satu anggota termuda.
Pada Oktober 2009, Elise Tan Roberts dari London bergabung dengan Mensa saat usia dua tahun empat bulan. Mensa adalah organisasi untuk orang dengan IQ tinggi. Didirikan pada 1946 di Inggris, kini Mensa mempunyai anggota lebih dari 100 ribu orang di dunia.
Menurut sang ayah, Danny Pledger, putrinya belajar abjad saat menonton program kuis di TV, Countdown. Pria berusia 23 tahun yang bekerja sebagai web designer ini merupakan juara Countdown sebanyak delapan kali.
Pada usia dini Saffron mampu menulis, membaca cerita, menghitung hingga angka 50, serta mengerjakan soal matematika sederhana (semua ini biasa didapatkan siswa saat awal sekolah).
“Saya hanya seorang anak kecil, tapi saya sangat senang bisa lulus tes (Mensa) bahkan jika mereka cukup keras. Saat tumbuh besar, saya ingin bermain dengan mainan sepanjang hari. Saya ingin sekolah, melukis, menggambar serta berkeliling,” jelas bocah berambut pirang ini seperti dikutip dari Telegraph, Jumat (3/6/2011).
Sang ayah mengaku tidak tahu dari mana putrinya mewarisi kecerdasan tersebut. “Saya tidak tahu dari mana Saffron mendapat kecerdasan. Kami hanya mendorongnya, bahwa segala sesuatu yang dia dilakukan adalah pintar. Dia suka menonton Countdown dengan saya, itu membantunya belajar huruf. Dia sangat kompetitif. Mudah-mudahan suatu hari dia menjadi lebih baik daripada saya,” harap sang ayah.
Ibu Saffron, Kirstie Pledger (23 tahun) menyatakan kata pertama yang diucapkan putrinya adalah “bir”. Saffron lebih dulu bicara sebelum bisa duduk. Di usia 18 bulan, Saffron bisa mengucapkan kalimat penuh.
”Dia lambat secara motorik, namun kemampuan berbicaranya sangat baik. Dia bisa menambah, mengurangi, membaca, dan menulis. Jika kami membawa buku dari perpustakaan, saya akan membacakan kepadanya sekali dan dia akan membacakannya kembali kepada saya,” urainya.
Sang ibu menambahkan, dia dan suaminya tidak melakukan hal yang istimewa untuk Saffron. “Dan jika berada di luar rumah, kami melihat tanda-tanda dan membacakan untuknya,” pungkasnya.